Bercinta Dengan Ibu Mertua Yang Seksi 6 Kali

Cerita Seks - ini Kisah sex Bercinta Pada Ibu Mertua , pada Bapak mertuaku yang berumur sekitaran 60 tahun barusan pensiun dari kerjanya di salah satunya perusahaan di Jakarta. Inilah cerita panas ku di mulai… Sebenarnya beliau telah pensiun dari anggota saat berusia 55 tahun, tapi karena dipandang mampu karena itu beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkreasi, karena itu beliau memilih untuk kembali lagi ke kampungnya didaerah Jawa Timur selainnya untuk habiskan hari tuanya, beliau ingin mengurus kebun Apelnya yang lumayan luas. Ibu mertuaku (Bu Mar, rahasia) meskipun telah berusia sekitaran 45 tahun, tapi performanya lebih muda dari umurnya. Tubuhnya saja tidak gendut gombyor seperti umumnya ibu-ibu yang telah berusia, walaupun tidak elok tapi wajahnya ayu dan membahagiakan untuk dilihat. Performa ibu mertuaku semacam itu karena mungkin saat di Jakarta hidupnya selalu berkecukupan dan tekun ikuti senam secara periodik dengan kelompoknya. Beberapa waktu lalu, saya ambil cuti panjang dan mendatanginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berumur dua tahun. Kehadiran kami disongsong dengan senang oleh ke-2 orang mertuaku, apa lagi telah satu tahun lebih tidak berjumpa semenjak mertuaku kembali lagi ke kampungnya. Pertama kali, saya di dekap oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk dan diciumi oleh ibunya dan kemudian istriku selekasnya bertandang ke ayahnya dan merengkuhnya dan Bu Mar mendekapku dengan kuat hingga berasa payudaranya menjejal empuk di dadaku dan tidak berasa penisku jadi tegang karena itu. 
 



Bercinta Dengan Ibu Mertua Yang Seksi 6 Kali




Baca juga : Cerita Seks Tante Siva Cabul Haus Kepuasan 


Dalam dekapannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu rindu sekali denganmu", sekalian menggosokikan tangannya di punggungku, dan untuk sesuai harapannya kubisiki , "Buuu…, Saya rindu sekali dengan Ibu", dan saya jadi benar-benar terkejut saat ibu mertuaku sekalian tetap mendekapku membisikiku dengan kalimat, "Suuur…, Ibu rasakan ada yang menjejal di perut Ibu", dan karena terkejut dengan kalimat itu, saya jadi terheran dan terus sama-sama melepas dekapan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh makna. Sesudah 2 hari ada di rumah mertua, saya dan istriku rasakan ada fenomena dalam rumah tangga mertuaku, khususnya dalam diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku sering kali geram-marah ke suaminya jika ada beberapa hal yang kurang sudi, dan ayah mertuaku jadi lebih pendiam dan tidak melayani ibu mertuaku saat beliau sedang geram-marah dan ayah mertuaku keliatannya lebih suka habiskan waktunya di kebun Apelnya, meskipun di sana cuman sekedar duduk seolah tengah merenung atau melamun. Istriku sebagai anaknya tidak dapat melakukan perbuatan apapun dengan perilaku orang tuanya khususnya dengan ibunya, yang sangat jauh berbeda dibandingkan saat mereka masih ada di Jakarta, kami berdua cuman dapat menduga-duga saja dan peluangnya beliau itu terserang post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakan ke ke-2 orang tuanya, lalu Istriku mintaku untuk mengorek info dari ibunya dan agar ibunya ingin menceritakan mengenai permasalahan yang ditemuinya, karena itu istriku mintaku untuk menanyakan saat ia sedang tidak di dalam rumah dan saat ayahnya sedang ke kebun Apelnya. Situs Slot88 Habanero Paling gacorPada pagi hari ke 3 sesudah usai makan pagi pagi, istriku sekalian bawa anakku, pamitan ke ke-2 orang tuanya untuk pergi berkunjung Budenya di kota Kediri, yang tidak begitu jauh dari Malang dan jika akan bisa pulang sore kelak. "Lho…, Mur (nama istriku), kok Mas mu tidak dibawa..?", bertanya ibunya. "Laah.., tidak usahlah Buuu…, agar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong tidak lama saja kok", sahut istriku sekalian mengedipkan matanya ke arahku dan saya tahu apa tujuan kedipan matanya itu, dan ayahnya cuman memberi pesan pendek agar berhati-hati di jalan hanya karena pergi dengan cucunya saja. Sesaat sesudah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan saya, untuk ke kebun apelnya yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya sekalian menambah ucapannya, "Nak Suuur…, jika kelak ingin lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke situ". Saat ini yang di dalam rumah tinggal saya dan ibu mertuaku yang repot bersihkan meja makan. Untuk isi waktu sekalian menanti saat yang pas untuk melakukan pekerjaan yang disuruh oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruangan tamu. Entahlah telah berapakah lama saya membaca koran, yang jelas semua halaman telah kubaca semua dan mendadak saya dikejutkan dengan suara suatu hal yang jatuh dan dituruti dengan suara mengerang dari belakang, dengan pergerakan reflek saya selekasnya lari ke arah belakang sekalian berteriak, "Buuu…, ada apakah buuu?". Dan dari dalam ruang tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti mendesah, "Nak Suuur…, tolooong Ibuuu", dan saat kujenguk rupanya ibu mertuaku terduduk di lantai dan kelihatannya habis jatuh dari kursi kecil di dekat almari baju sekalian meringis dan mengerang dan mengurut pangkal pahanya. Langsung kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang lumayan lebar dan kutidurkan sekalian kutanya, "Sisi yang mana sakit Buuu", dan ibu mertuaku menjawab dengan muka meringis seperti meredam merasa sakit, "Di sini.., sekalian mengurut pangkal paha kanannya di luar rok yang digunakannya". Tanpa izin lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sekalian kembali kutanya, "Buuu…, adakah sisi yang lain sakit..? "Tidak ada kok Suuur…, hanya di sejauh paha kanan ini ada merasa sakit sedikit..", jawabannya. "Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, agar paha ibu berasa panas dan lenyap sakitnya". Saya selekasnya cari minyak yang diartikan di meja dandan dan alangkah terkejutku saat saya datang dari ambil minyak kayu putih, kusaksikan ibu mertuaku sudah membuka roknya ke atas hingga ke-2 pahanya kelihatan terang, putih dan mulus. Saya terheran sesaat di dekat tempat tidur karena menyaksikan panorama ini dan karena mungkin menyaksikan keragu-raguanku ini dan terheran dengan mataku tertuju ke paha beliau, ibu mertuaku langsung berbicara, "Ayooo..lah nak Suuur…, tidak perlu ragu, kaki ibu berasa sakit sekali ini lho, kembali juga dengan ibu mertua sendiri saja kok pakai malu sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tetapi tidak perlu gunakan minyak kayu putih itu…, ibu takut kelak justru paha ibu jadi kepanasan.
Bercinta Dengan Ibu Mertua Yang Seksi 6 Kali
Baca juga : Panas Di Genjot Paman Dikala Saya Horny Nih

 Dengan hati penuh kebimbangan, kuurut perlahan-lahan paha kanannya yang kelihatan ada pertanda cukup merah memanjang yang kemungkinan saat jatuh barusan terserang kursi yang dinaikinya sambil kutanya, "Bagaimana Buuu…, apa sisi ini yang sakit..? "Benar Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang cukup keras sedikit di atas ke bawah", dan dengan taat selekasnya saja kuikuti keinginan ibu mertuaku. Sesudah sesaat kuurut pahanya yang ucapnya sakit itu dari bawah ke atas, sekalian pejamkan matanya, ibu mertuaku berbicara kembali, "Nak Suuur…, tolong cukup ke atas sedikit ngurutnya", sekalian menarik roknya lebih ke atas hingga beberapa celana dalamnya yang warna merah muda dan tipis itu kelihatan terang dan membuatku jadi terheran dan gemetaran entahlah mengapa, apa lagi vagina ibu mertuaku itu kelihatan membesar di luar CD-nya dan ada banyak lembar bulu-bulu vaginanya yang keluar samping CD-nya. "Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi stop", kata ibu mertuaku hingga membuatku tersadarkan. "Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu", jawabku cukup terbata-bata dan tanpa menuntaskan perkataanku karena cukup sangsi. "aah… mengapa sich Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sekalian tangan kanannya menggenggam tangan kiriku dan menggoncangnya perlahan. "Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa", sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apakah yang harus kukatakan, tapi yang jelas penisku jadi makin tegang karena menyaksikan sisi CD ibu mertuaku yang menggelembung pada bagian tengahnya. "Nak Suuur..", ucapnya lirih sekalian tarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan sesudah tanganku diciumnya dan digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku ditempatkan pas di atas vaginanya yang tertutup CD dan masih tetap digenggamnya sekalian dipijat-pijatkannya secara perlahan-lahan ke vaginanya dituruti dengan desis suara ibu mertuaku, "ssshh…, ssshh". Peristiwa yang tidak kuduga benar-benar ini demikian mengagetkanku dan secara tidak sadar saya berguman cukup keras. "Buuu…, Saa…yaa", dan belum saya menuntaskan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku kedengar, "Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?". "Buu…, Saa…, yaa…, takuuut jika kelak bapak tiba", sahutku gemetaran karena waktu itu saya takut betul, sekalian coba tarik tanganku tapi tangan ibu mertuaku yang tetap menggenggam tanganku, meredamnya serta makin tekan tanganku ke vaginanya dan berbicara perlahan, "Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak",kedengar seperti mengiba. "Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak", kudengar ibu mertuaku mengiba kembali hingga membuatku tersadarkan dan tiba-tiba ibu mertuaku sudah merengkuhku. "Buuu…, agar saya kunci pintunya dahulu, yaa..?", pintaku karena saya khawatir jika kelak ada orang masuk, tapi ibu mertuaku justru menjawab, "Tidak perlu naak…, sejauh ini tidak sempat ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu", dan terus mencium bibirku dengan bergairah sampai saya sedikit kerepotan untuk bernafas. Makin lama ibu mertuaku tambah semakin agresif saja, sekalian masih tetap menciumiku, tangannya usaha melepas kaos oblong yang kukenakan dan sesudah sukses melepas kaosku secara mudah dibarengi dengan bunyi napasnya yang didengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium muka dan bibirku dan pelan-pelan kecupannya bergerak ke leher dan selanjutnya ke dadaku. Kecupan untuk kecupan ibu mertuaku ini sudah pasti membuatku jadi makin bergairah dan ketakutanku yang tadipun tidak terpikir kembali. "Buuu…, bisa saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku meminta ijin

Bercinta Dengan Ibu Mertua Yang Seksi 6 Kali


. "Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, bisa kerjakan apa..", ucapnya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan napasnya yang cepat dan saat ini justru usaha melepaskan kancing celana pendek yang berada di tubuhku. Sesudah rok ibu mertuaku lepas, lalu kulepaskan hubungan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak demikian besar dan telah cukup menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklat-coklatan. Sekalian kuusapkan ke-2 tanganku ke sisi bawah payudaranya lalu kutanyakan, "Buuu…, bisa saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..? "Bool…, eh…, boleh…, sayang.., kerjakan apa yang Nak Sur ingin.., Ibu telah lama sekali tidak memperoleh ini kembali dari bapakmu…, ayoo.., sayaang", sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sekalian mengusung dadanya dan pelan-pelan kupegang ke-2 payudara ibu mertuaku dan salah satunya puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, dan perlahan-lahan kudorong badan ibu mertuaku hingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku kedengar, "ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak", dan suara ibu mertuaku yang didengar menghiba itu menjadikanku makin terangsang dan saya telah lupa jika yang kugeluti ini ialah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku. "Naak Suuur", kudengar suara ibu mertuaku yang meremas-remas rambut di kepalaku dan menciuminya, "Ibuu…, ingin menyaksikan punyamu…, Naak", sambil tangannya usaha menggenggam penisku yang tertutup celana pendekku. "Iyaa…, Buu…, saya membuka celana dahulu Buuu", sahutku sesudah kuhentikan hisapanku pada payudaranya dan selekasnya saja saya bangun dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Selekasnya saja ibu mertuaku menggenggam penisku yang berdiri tegang di luar celana dan memberi komentar, "Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras kembali, ayooo…, donk cepaat.., dibuka celananya…, supaya Ibu dapat menyaksikannya lebih terang", ucapnya seperti tidak sabar kembali, dan tanpa diminta ibu untuk ke-2 kalinya,langsung kulepas celana pendek yang kukenakan. Saat saya buka CD-ku dan menyaksikan penisku berdiri tegang ke atas,langsung ibu mertuaku berteriak kecil, "Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali", walau sebenarnya menurut anggapanku ukuran penisku kelihatannya lumrah saja menurut ukuran orang Indonesia tetapi mungkin semakin besar dari punyai suaminya dan ibu mertuaku langsung menggenggamnya dan mengocaknya perlahan-lahan hingga tanpa kusadari saya keluarkan desahan kecil, "ssshh…, aahh", sekalian ke-2 tanganku kuusap-usapkan di muka dan rambutnya. "Aduuuh…, Buuu…, sakiiit", teriakku perlahan saat ibu mertuaku usaha menarik penisku ke mukanya, dan dengar keluh kesahku itu selekasnya saja ibu mertuaku melepaskan tarikannya dan memiringkan tubuhnya dan mengusung setengah tubuhnya yang ditahan oleh tangan kanannya dan dekati penisku. Sesudah mulutnya dekat sama penisku,langsung ibu mertuaku keluarkan lidahnya dan menjilat-jilati kepala penisku dan tangan kirinya meremas-remas perlahan ke-2 bolaku, dan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya dan sekalian untuk meredam kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang bergantung ke samping. Sesudah seringkali kepala penisku dijilatinya, perlahan-lahan kutarik kepala ibu mertuaku supaya dapat semakin dekat kembali ke penisku dan ternyata ibu mertuaku cepat pahami apa yang kumaksud dan meskipun tanpa kalimat langsung kepalanya didekatkan ikuti tarikan ke-2 tanganku dan sekalian memegang tangkai penisku dan dengan buka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara perlahan-lahan masukkan penisku yang telah basah oleh air liurnya sampai 1/2 tangkai penisku masuk ke mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dimainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, kemudian kepala ibu diambilnya mundur perlahan-lahan dan kembali dimajukan hingga penisku berasa begitu nikmat. Karena tidak kuat meredam kepuasan yang diberikan ibu mertuaku, saya jadi mendesis, "ssshh…, aacccrrr…, ooohh", ikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Lama-lama pergerakan kepala ibu mertuaku mundur-maju makin cepat dan ini menambahkan nikmat buatku. Beberapa saat selanjutnya, ibu mertuaku secara mendadak melepas penisku dari mulutnya, walau sebenarnya saya masih ingin hal ini selalu berjalan dan sekalian kembali menyimpan kepalanya pada tempat tidur, ia menarik bahuku untuk ikutinya. Ibu langsung mencium mukaku dan saat kecupannya ke arah telingaku, kudengar ibu berbicara dengan cukup berbisik, "Naak Suuur…, Ibu ingin punyai ibu dijilati", dan sekalian kunaiki badan ibu mertuaku lalu kutanyakan, "Buuu…, apa boleh…, saya kerjakan?", dan selekasnya saja ibu menjawab, "Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati milik ibu…, naak…, ibu telah lama ingin di gituin". Tanpa menghabiskan waktu semakin lama kembali, saya turunkan tubuhku secara pelan-pelan dan saat melalui dadanya kembali kuciumi dan kujilati payudara ibu mertuaku yang tidak terlampau keras kembali, sesudah sesaat kuciumi payudara ibu, saya selekasnya turunkan tubuhku kembali secara perlahan-lahan dan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, berasa seperti usaha menggerakkan kepalaku supaya segera sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sekalian salah satunya tanganku kugunakan untuk turunkan CD-nya.

 Selanjutnya dengan cekatan ku terlepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kusaksikan vagina ibu mertuaku demikian lebat banyak bulu-bulu yang hitam mengelilingi lubang vaginanya. Karena mungkin kelamaan saya menjilat-jilati perut dan sekelilingnya, kembali kurasakan tangan ibu yang berada di kepalaku tekan ke bawah dan ini kali kuikuti dengan turunkan tubuhku perlahan-lahan ke bawah dan sesampai di dekat vaginanya, kuciumi wilayah disekelilingnya dan apa yang kulakukan ini kemungkinan mengakibatkan ibu tidak sabaran kembali, hingga kudengar suara ibu mertuaku, "Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur". Tanpa kujawab permohonannya, saya mulai memperlebar kakinya dan kuletakkan tubuhku antara ke-2 pahanya, lalu kusibak bulu-bulu vaginanya yang lebat itu untuk menyaksikan belahan vagina ibu dan sesudah bibir vagina ibu kelihatan terang lalu kubuka bibir kemaluannya dengan ke-2 jemari tanganku, rupanya vagina ibu mertuaku sudah basah sekali. Saat ujung lidahku kujilatkan ke vaginanya, kurasakan badan ibu menggeliat cukup keras sekalian berbicara,

 "Cepaat…, Suuur…, ibu sudah tidak tahaan". Secara cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke vaginanya sekalian kujilati dan kusedot-sedot dan ini mengakibatkan ibu mulai menaik-turunkan bokongnya dan bernada, "ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur", Lantas kukecup clitorisnya berkali-kali sampai mengeras, ini membuat ibu mertuaku menggeliat luar biasa, "Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh", sekalian ke-2 tangannya menjambak rambutku dan tekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Ciuman untuk ciuman di vagina ibu ini kuteruskan hingga pergerakan tubuh ibu mertuaku makin menggila dan mendadak kudengar suara ibu 1/2 mengeluh, "aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, ingin.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh", dibarengi dengan pergerakan bokongnya turun naik dengan cepat. Pergerakan tubuhnya berhenti dan yang kudengar ialah napasnya sebagai tersengal-sengal dengan demikian pesatnya dan tangannyapun tidak meremas-remas rambutku kembali, dalam pada itu jilatan lidahku di vagina ibu cuman kulakukan seadanya pada bagian bibirnya saja.


ini ialah narasi bokep sex pada Bapak mertuaku yang berumur sekitaran 60 tahun barusan pensiun dari kerjanya di salah satunya perusahaan di Jakarta. Inilah cerita panas ku di mulai… Sebenarnya beliau telah pensiun dari anggota saat berusia 55 tahun, tapi karena dipandang mampu karena itu beliau terus dikaryakan. Karena beliau masih ingin terus berkreasi, karena itu beliau memilih untuk kembali lagi ke kampungnya didaerah Jawa Timur selainnya untuk habiskan hari tuanya, beliau ingin mengurus kebun Apelnya yang lumayan luas. Ibu mertuaku (Bu Mar, rahasia) meskipun telah berusia sekitaran 45 tahun, tapi performanya lebih muda dari umurnya. Tubuhnya saja tidak gendut gombyor seperti umumnya ibu-ibu yang telah berusia, walaupun tidak elok tapi wajahnya ayu dan membahagiakan untuk dilihat. Performa ibu mertuaku semacam itu karena mungkin saat di Jakarta hidupnya selalu berkecukupan dan tekun ikuti senam secara periodik dengan kelompoknya. Beberapa waktu lalu, saya ambil cuti panjang dan mendatanginya bersama Istriku (anak tunggal mertuaku) dan anakku yang baru berumur dua tahun. Kehadiran kami disongsong dengan senang oleh ke-2 orang mertuaku, apa lagi telah satu tahun lebih tidak berjumpa semenjak mertuaku kembali lagi ke kampungnya. Pertama kali, saya di dekap oleh Pak Tom mertuaku dan istriku dipeluk dan diciumi oleh ibunya dan kemudian istriku selekasnya bertandang ke ayahnya dan merengkuhnya dan Bu Mar mendekapku dengan kuat hingga berasa payudaranya menjejal empuk di dadaku dan tidak berasa penisku jadi tegang karena itu. Dalam dekapannya, Bu Mar sempat membisikkan Sur…(namaku).., Ibu rindu sekali denganmu", sekalian menggosokikan tangannya di punggungku, dan untuk sesuai harapannya kubisiki , "Buuu…, Saya rindu sekali dengan Ibu", dan saya jadi benar-benar terkejut saat ibu mertuaku sekalian tetap mendekapku membisikiku dengan kalimat, "Suuur…, Ibu rasakan ada yang menjejal di perut Ibu", dan karena terkejut dengan kalimat itu, saya jadi terheran dan terus sama-sama melepas dekapan dan kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh makna. Sesudah 2 hari ada di rumah mertua, saya dan istriku rasakan ada fenomena dalam rumah tangga mertuaku, khususnya dalam diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku sering kali geram-marah ke suaminya jika ada beberapa hal yang kurang sudi, dan ayah mertuaku jadi lebih pendiam dan tidak melayani ibu mertuaku saat beliau sedang geram-marah dan ayah mertuaku keliatannya lebih suka habiskan waktunya di kebun Apelnya, meskipun di sana cuman sekedar duduk seolah tengah merenung atau melamun

. Istriku sebagai anaknya tidak dapat melakukan perbuatan apapun dengan perilaku orang tuanya khususnya dengan ibunya, yang sangat jauh berbeda dibandingkan saat mereka masih ada di Jakarta, kami berdua cuman dapat menduga-duga saja dan peluangnya beliau itu terserang post power syndrome. Karena istriku takut untuk menanyakan ke ke-2 orang tuanya, lalu Istriku mintaku untuk mengorek info dari ibunya dan agar ibunya ingin menceritakan mengenai permasalahan yang ditemuinya, karena itu istriku mintaku untuk menanyakan saat ia sedang tidak di dalam rumah dan saat ayahnya sedang ke kebun Apelnya. Pada pagi hari ke 3 sesudah usai makan pagi pagi, istriku sekalian bawa anakku, pamitan ke ke-2 orang tuanya untuk pergi berkunjung Budenya di kota Kediri, yang tidak begitu jauh dari Malang dan jika akan bisa pulang sore kelak. "Lho…, Mur (nama istriku), kok Mas mu tidak dibawa..?", bertanya ibunya. "Laah.., tidak usahlah Buuu…, agar Mas Sur nemenin Bapak dan Ibu, wong tidak lama saja kok", sahut istriku sekalian mengedipkan matanya ke arahku dan saya tahu apa tujuan kedipan matanya itu, dan ayahnya cuman memberi pesan pendek agar berhati-hati di jalan hanya karena pergi dengan cucunya saja. Sesaat sesudah istriku pergi, Pak Tompun pamitan dengan istrinya dan saya, untuk ke kebun apelnya yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya sekalian menambah ucapannya, "Nak Suuur…, jika kelak ingin lihat-lihat kebun, susul bapak saja ke situ". Saat ini yang di dalam rumah tinggal saya dan ibu mertuaku yang repot bersihkan meja makan. Untuk isi waktu sekalian menanti saat yang pas untuk melakukan pekerjaan yang disuruh oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruangan tamu.


Entahlah telah berapakah lama saya membaca koran, yang jelas semua halaman telah kubaca semua dan mendadak saya dikejutkan dengan suara suatu hal yang jatuh dan dituruti dengan suara mengerang dari belakang, dengan pergerakan reflek saya selekasnya lari ke arah belakang sekalian berteriak, "Buuu…, ada apakah buuu?". Dan dari dalam ruang tidurnya kudengar suara ibu mertuaku seperti mendesah, "Nak Suuur…, tolooong Ibuuu", dan saat kujenguk rupanya ibu mertuaku terduduk di lantai dan kelihatannya habis jatuh dari kursi kecil di dekat almari baju sekalian meringis dan mengerang dan mengurut pangkal pahanya. Langsung kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang lumayan lebar dan kutidurkan sekalian kutanya, "Sisi yang mana sakit Buuu", dan ibu mertuaku menjawab dengan muka meringis seperti meredam merasa sakit, "Di sini.., sekalian mengurut pangkal paha kanannya di luar rok yang digunakannya". Tanpa izin lalu kubantu mengurut paha ibu mertuaku sekalian kembali kutanya, "Buuu…, adakah sisi yang lain sakit..? "Tidak ada kok Suuur…, hanya di sejauh paha kanan ini ada merasa sakit sedikit..", jawabannya. "Ooh…, iya nak Suuur…, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, agar paha ibu berasa panas dan lenyap sakitnya". Saya selekasnya cari minyak yang diartikan di meja dandan dan alangkah terkejutku saat saya datang dari ambil minyak kayu putih, kusaksikan ibu mertuaku sudah membuka roknya ke atas hingga ke-2 pahanya kelihatan terang, putih dan mulus. Saya terheran sesaat di dekat tempat tidur karena menyaksikan panorama ini dan karena mungkin menyaksikan keragu-raguanku ini dan terheran dengan mataku tertuju ke paha beliau, ibu mertuaku langsung berbicara, "Ayooo..lah nak Suuur…, tidak perlu ragu, kaki ibu berasa sakit sekali ini lho, kembali juga dengan ibu mertua sendiri saja kok pakai malu sungkan…, tolong di urutkan paha ibu tetapi tidak perlu gunakan minyak kayu putih itu…, ibu takut kelak justru paha ibu jadi kepanasan. Dengan hati penuh kebimbangan, kuurut perlahan-lahan paha kanannya yang kelihatan ada pertanda cukup merah memanjang yang kemungkinan saat jatuh barusan terserang kursi yang dinaikinya sambil kutanya, "Bagaimana Buuu…, apa sisi ini yang sakit..? "Benar Nak Suuur…, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang cukup keras sedikit di atas ke bawah", dan dengan taat selekasnya saja kuikuti keinginan ibu mertuaku. Sesudah sesaat kuurut pahanya yang ucapnya sakit itu dari bawah ke atas, sekalian pejamkan matanya, ibu mertuaku berbicara kembali, "Nak Suuur…, tolong cukup ke atas sedikit ngurutnya", sekalian menarik roknya lebih ke atas hingga beberapa celana dalamnya yang warna merah muda dan tipis itu kelihatan terang dan membuatku jadi terheran dan gemetaran entahlah mengapa, apa lagi vagina ibu mertuaku itu kelihatan membesar di luar CD-nya dan ada banyak lembar bulu-bulu vaginanya yang keluar samping CD-nya. "Ayoo…,doong…, Nak Sur, kok ngurutnya jadi stop", kata ibu mertuaku hingga membuatku tersadarkan. "Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu", jawabku cukup terbata-bata dan tanpa menuntaskan perkataanku karena cukup sangsi. "aah… mengapa sich Nak Suuur..?, kata ibu mertuaku kembali sekalian tangan kanannya menggenggam tangan kiriku dan menggoncangnya perlahan. "Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa", sahutku tanpa sadar dan tidak tahu apakah yang harus kukatakan, tapi yang jelas penisku jadi makin tegang karena menyaksikan sisi CD ibu mertuaku yang menggelembung pada bagian tengahnya. "Nak Suuur..", ucapnya lirih sekalian tarik tangan kiriku dan kuikuti saja tarikan tangannya tanpa prasangka yang bukan-bukan, dan sesudah tanganku diciumnya dan digeser geserkan di bibirnya, lalu secara tidak kuduga tanganku ditempatkan pas di atas vaginanya yang tertutup CD dan masih tetap digenggamnya sekalian dipijat-pijatkannya secara perlahan-lahan ke vaginanya dituruti dengan desis suara ibu mertuaku, "ssshh…, ssshh". Peristiwa yang tidak kuduga benar-benar ini demikian mengagetkanku dan secara tidak sadar saya berguman cukup keras. "Buuu…, Saa…yaa", dan belum saya menuntaskan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku kedengar, "Nak Suuur…, koook seperti anak kecil saja.., siiih?". "Buu…, Saa…, yaa…, takuuut jika kelak bapak tiba", sahutku gemetaran karena waktu itu saya takut betul, sekalian coba tarik tanganku tapi tangan ibu mertuaku yang tetap menggenggam tanganku, meredamnya serta makin tekan tanganku ke vaginanya dan berbicara perlahan, "Nak Suuur…, Bapak pulang untuk makan siang selalu jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak",kedengar seperti mengiba. "Ayooo…lah Nak Suuur…, tolongin Ibuuu…, Naak", kudengar ibu mertuaku mengiba kembali hingga membuatku tersadarkan dan tiba-tiba ibu mertuaku sudah merengkuhku. "Buuu…, agar saya kunci pintunya dahulu, yaa..?", pintaku karena saya khawatir jika kelak ada orang masuk, tapi ibu mertuaku justru menjawab, "Tidak perlu naak…, sejauh ini tidak sempat ada orang pagi-pagi ke rumah Ibu", dan terus mencium bibirku dengan bergairah sampai saya sedikit kerepotan untuk bernafas. Makin lama ibu mertuaku tambah semakin agresif saja, sekalian masih tetap menciumiku, tangannya usaha melepas kaos oblong yang kukenakan dan sesudah sukses melepas kaosku secara mudah dibarengi dengan bunyi napasnya yang didengar berat dan cepat, ibu mertuaku terus mencium muka dan bibirku dan pelan-pelan kecupannya bergerak ke leher dan selanjutnya ke dadaku. Kecupan untuk kecupan ibu mertuaku ini sudah pasti membuatku jadi makin bergairah dan ketakutanku yang tadipun tidak terpikir kembali. "Buuu…, bisa saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku meminta ijin. "Suuur…, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Suur…, bisa kerjakan apa..", ucapnya dengan suara terputus-putus dan terus kembali menciumi dadaku dengan napasnya yang cepat dan saat ini justru usaha melepaskan kancing celana pendek yang berada di tubuhku. Sesudah rok ibu mertuaku lepas, lalu kulepaskan hubungan BH-nya dan tersembulah payudaranya yang tidak demikian besar dan telah cukup menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklat-coklatan. Sekalian kuusapkan ke-2 tanganku ke sisi bawah payudaranya lalu kutanyakan, "Buuu…, bisa saya pegang dan ciumi tetek…, Ibuu..? "Bool…, eh…, boleh…, sayang.., kerjakan apa yang Nak Sur ingin.., Ibu telah lama sekali tidak memperoleh ini kembali dari bapakmu…, ayoo.., sayaang", sahut ibu mertuaku dengan suara terbata-bata sekalian mengusung dadanya dan pelan-pelan kupegang ke-2 payudara ibu mertuaku dan salah satunya puting susunya langsung kujilati dan kuhisap-hisap, dan perlahan-lahan kudorong badan ibu mertuaku hingga jatuh tertidur di kasur dan dari mulut ibu mertuaku kedengar, "ssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak", dan suara ibu mertuaku yang didengar menghiba itu menjadikanku makin terangsang dan saya telah lupa jika yang kugeluti ini ialah ibu mertuaku sendiri dan ibu dari istriku. "Naak Suuur", kudengar suara ibu mertuaku yang meremas-remas rambut di kepalaku dan menciuminya, "Ibuu…, ingin menyaksikan punyamu…, Naak", sambil tangannya usaha menggenggam penisku yang tertutup celana pendekku. "Iyaa…, Buu…, saya membuka celana dahulu Buuu", sahutku sesudah kuhentikan hisapanku pada payudaranya dan selekasnya saja saya bangun dan duduk di dekat muka ibu mertuaku. Selekasnya saja ibu mertuaku menggenggam penisku yang berdiri tegang di luar celana dan memberi komentar, "Nak Suur…, besar betuuul…, dan keras kembali, ayooo…, donk cepaat.., dibuka celananya…, supaya Ibu dapat menyaksikannya lebih terang", ucapnya seperti tidak sabar kembali, dan tanpa diminta ibu untuk ke-2 kalinya,langsung kulepas celana pendek yang kukenakan. Saat saya buka CD-ku dan menyaksikan penisku berdiri tegang ke atas,langsung ibu mertuaku berteriak kecil, "Aduuuh…, Suuur…, besaar sekali", walau sebenarnya menurut anggapanku ukuran penisku kelihatannya lumrah saja menurut ukuran orang Indonesia tetapi mungkin semakin besar dari punyai suaminya dan ibu mertuaku langsung menggenggamnya dan mengocaknya perlahan-lahan hingga tanpa kusadari saya keluarkan desahan kecil, "ssshh…, aahh", sekalian ke-2 tanganku kuusap-usapkan di muka dan rambutnya. "Aduuuh…, Buuu…, sakiiit", teriakku perlahan saat ibu mertuaku usaha menarik penisku ke mukanya, dan dengar keluh kesahku itu selekasnya saja ibu mertuaku melepaskan tarikannya dan memiringkan tubuhnya dan mengusung setengah tubuhnya yang ditahan oleh tangan kanannya dan dekati penisku. Sesudah mulutnya dekat sama penisku,langsung ibu mertuaku keluarkan lidahnya dan menjilat-jilati kepala penisku dan tangan kirinya meremas-remas perlahan ke-2 bolaku, dan tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya dan sekalian untuk meredam kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang bergantung ke samping. Sesudah seringkali kepala penisku dijilatinya, perlahan-lahan kutarik kepala ibu mertuaku supaya dapat semakin dekat kembali ke penisku dan ternyata ibu mertuaku cepat pahami apa yang kumaksud dan meskipun tanpa kalimat langsung kepalanya didekatkan ikuti tarikan ke-2 tanganku dan sekalian memegang tangkai penisku dan dengan buka mulutnya sedikit, ibu mertuaku secara perlahan-lahan masukkan penisku yang telah basah oleh air liurnya sampai 1/2 tangkai penisku masuk ke mulutnya. Kurasakan lidah ibu mertuaku dimainkannya dan digesek-gesekannya pada kepala penisku, kemudian kepala ibu diambilnya mundur perlahan-lahan dan kembali dimajukan hingga penisku berasa begitu nikmat. Karena tidak kuat meredam kepuasan yang diberikan ibu mertuaku, saya jadi mendesis, "ssshh…, aacccrrr…, ooohh", ikuti irama maju mundurnya kepala ibu. Lama-lama pergerakan kepala ibu mertuaku mundur-maju makin cepat dan ini menambahkan nikmat buatku. Beberapa saat selanjutnya, ibu mertuaku secara mendadak melepas penisku dari mulutnya, walau sebenarnya saya masih ingin hal ini selalu berjalan dan sekalian kembali menyimpan kepalanya pada tempat tidur, ia menarik bahuku untuk ikutinya. Ibu langsung mencium mukaku dan saat kecupannya ke arah telingaku, kudengar ibu berbicara dengan cukup berbisik, "Naak Suuur…, Ibu ingin punyai ibu dijilati", dan sekalian kunaiki badan ibu mertuaku lalu kutanyakan, "Buuu…, apa boleh…, saya kerjakan?", dan selekasnya saja ibu menjawab, "Nak Suuur…, tolong pegang dan jilati milik ibu…, naak…, ibu telah lama ingin di gituin". Tanpa menghabiskan waktu semakin lama kembali, saya turunkan tubuhku secara pelan-pelan dan saat melalui dadanya kembali kuciumi dan kujilati payudara ibu mertuaku yang tidak terlampau keras kembali, sesudah sesaat kuciumi payudara ibu, saya selekasnya turunkan tubuhku kembali secara perlahan-lahan dan ibu mertuaku meremas-remas rambutku, berasa seperti usaha menggerakkan kepalaku supaya segera sampai ke bawah. Kuciumi dan kujilati perut dan pusar ibu sekalian salah satunya tanganku kugunakan untuk turunkan CD-nya.


Selanjutnya dengan cekatan ku terlepas CD-nya dan kulemparkan ke atas lantai. Kusaksikan vagina ibu mertuaku demikian lebat banyak bulu-bulu yang hitam mengelilingi lubang vaginanya. Karena mungkin kelamaan saya menjilat-jilati perut dan sekelilingnya, kembali kurasakan tangan ibu yang berada di kepalaku tekan ke bawah dan ini kali kuikuti dengan turunkan tubuhku perlahan-lahan ke bawah dan sesampai di dekat vaginanya, kuciumi wilayah disekelilingnya dan apa yang kulakukan ini kemungkinan mengakibatkan ibu tidak sabaran kembali, hingga kudengar suara ibu mertuaku, "Nak Suuur…, tolooong…, cepaat…, saa.., yaang…, ayooo…, Suuur". Tanpa kujawab permohonannya, saya mulai memperlebar kakinya dan kuletakkan tubuhku antara ke-2 pahanya, lalu kusibak bulu-bulu vaginanya yang lebat itu untuk menyaksikan belahan vagina ibu dan sesudah bibir vagina ibu kelihatan terang lalu kubuka bibir kemaluannya dengan ke-2 jemari tanganku, rupanya vagina ibu mertuaku sudah basah sekali. Saat ujung lidahku kujilatkan ke vaginanya, kurasakan badan ibu menggeliat cukup keras sekalian berbicara, "Cepaat…, Suuur…, ibu sudah tidak tahaan". Secara cepat kumasukkan mulut dan lidahku ke vaginanya sekalian kujilati dan kusedot-sedot dan ini mengakibatkan ibu mulai menaik-turunkan bokongnya dan bernada, "ssshh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, adduuuhh…, enaak…, Suuur", Lantas kukecup clitorisnya berkali-kali sampai mengeras, ini membuat ibu mertuaku menggeliat luar biasa, "Aahh…, ooohh…, Suuur…, betuuul…, yang itu…, Suuur…, enaak…, aduuuh…, Suuur…, teruskaan…, aahh", sekalian ke-2 tangannya menjambak rambutku dan tekan kepalaku lebih dalam masuk ke vaginanya. Ciuman untuk ciuman di vagina ibu ini kuteruskan hingga pergerakan tubuh ibu mertuaku makin menggila dan mendadak kudengar suara ibu 1/2 mengeluh, "aahh…, oooh…, duuuh…, Suuur…, ibuu…, ingin.., mauuu…, sampaiii…, Naak…, oooh", dibarengi dengan pergerakan bokongnya turun naik dengan cepat. Pergerakan tubuhnya berhenti dan yang kudengar ialah napasnya sebagai tersengal-sengal dengan demikian pesatnya dan tangannyapun tidak meremas-remas rambutku kembali, dalam pada itu jilatan lidahku di vagina ibu cuman kulakukan seadanya pada bagian bibirnya saja.



Aku tersentak kaget, “Buuu…, kenapa? apa ibu capeeek?”, Ibu hanya menggelengkan kepalanya saja, sambil mencium leherku ibu berucap, “Suuur…, coba hentikan gerakanmu itu sebentar”.  “Ada apa Buuu”, sahutku sambil menghentikan goyangan pantatku naik turun.  “Suuur…, kamu diam saja dan coba rasakan ini”, kata ibu tanpa menjelaskan apa maksudnya dan tidak kuduga tiba-tiba terasa penisku seperti tersedot dan terhisap di dalam vagina ibu mertuaku, sehingga tanpa sadar aku mengatakan, “Buuu…, aduuuh…, enaak…, Buu…, teruus Bu, oooh…, nikmat Buu”, dan tanpa sadar, aku kembali menggerakkan penisku keluar masuk dengan cepat dan ibupun mulai kembali menggoyangkan pantatnya.  “oooh…, Slot88 Pragmatic Online Terbesaraah…, Suuur…, enaak Suuur”, dan nafasnya dan nafaskupun semakin cepat dan tidak terkontrol lagi.  Mengetahui nafas Ibu serta goyangan pantat Ibu sudah tidak terkontrol lagi, aku tidak ingin ibu cepat-cepat mencapai orgasmenya, lalu segera saja kuhentikan gerakan pantatku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya yang menyebabkan ibu mertuaku protes, “Kenapa…, Suuur…, kok berhenti?”, tapi protes ibu tidak kutanggapi dan aku segera melepaskan diri dari pelukannya lalu bangun.  Tanpa bertanya, lalu badan ibu mertuaku kumiringkan ke hadapanku dan kaki kirinya kuangkat serta kuletakkan di pundakku, sedangkan ibu mertuaku hanya mengikuti saja apa yang kulakukan itu. Dengan posisi seperti ini, segera saja kutusukkan kembali penisku masuk ke dalam vagina ibu mertuaku yang sudah sangat basah itu tanpa kesulitan. Ketika seluruh batang penisku sudak masuk semua ke dalam vaginanya, segera saja kutekan badanku kuat-kuat ke badan ibu sehingga ibu mulai berteriak kecil,  “Suuur…, aduuuh…, punyamu masuk dalam sekali…, naak…, aduuuh…, teruuus sayaang…, aah”, dan aku meneruskan gerakan keluar masuk penisku dengan kuat. Setiap kali penisku kutekan dengan kuat ke dalam vagina ibu mertuaku, ibu terus saja berdesah, “Ooohh…, aahh…, Suuur…, enaak…, terus, tekan yang kuaat sayaang”.  


Aku tidak berlama-lama dengan posisi seperti ini. Bandar Bola Online TerbesarKembali kehentikan gerakanku dan kucabut penisku dari dalam vaginanya. Kulihat ibu hanya diam saja tanpa protes lagi dan lalu kukatakan pada ibu, “Buuu…, coba ibu tengkurap dan nungging”, kataku sambil kubantu membalikkan badan dan mengatur kaki ibu sewaktu nungging, “Aduuh…, Suuur…, kamu kok macem-macem sih”, komentar Ibu mertuaku.  Aku tidak menanggapi komentarnya dan tanpa kuberi aba-aba penisku kutusukkan langsung masuk ke dalam vagina ibu serta kutekan kuat-kuat dengan memegang pinggangnya sehingga ibu berteriak, “Aduuuh Suuur, oooh”, dan tanpa kupedulikan teriakan ibu, langsung saja kukocok penisku keluar masuk vaginanya dengan cepat dan kuat hingga membuat badan ibu tergetar ketika sodokanku menyentuh tubuhnya dan setiap kali kudengar ibu berteriak,  “oooh…, oooh…, Suuur”, dan tidak lama kemudian ibu mengeluh lagi, “Suuur…, Ibu capek Naak…, sudaah Suuur…, Ibuu capeeek”, dan tanpa kuduga ibu lalu menjatuhkan dirinya tertidur tengkurap dengan nafasnya yang terengah-engah, sehingga mau tak mau penisku jadi keluar dari vaginanya.  Tanpa mempedulikan kata-katanya, segera saja kubalik badan ibu yang jatuh tengkurap. Sekarang sudah tidur telentang lagi, kuangkat kedua kakinya lalu kuletakkan di atas kedua bahuku. Ibu yang kulihat sudah tidak bertenaga itu hanya mengikuti saja apa yang kuperbuat.  Segera saja kumasukkan penisku dengan mudah ke dalam vagina ibu mertuaku yang memang sudah semakin basah itu, kutekan dan kutarik kuat sehingga payudaranya yang memang sudah aggak lembek itu terguncang-guncang. Ibu mertuaku nafasnya terdengar sangat cepat, “Suuur…, jangaan…, kuat-kuat Naak…, badan ibu sakit semua”, sambil memegang kedua tanganku yang kuletakkan di samping badannya untuk menahan badanku.  Mendengar kata-kata ibu mertuaku, aku menjadi tersadar dan teringat kalau yang ada di hadapanku ini adalah ibu mertuaku sendiri dan segera saja kehentikan gerakan penisku keluar masuk vaginanya serta kuturunkan kedua kaki ibu dari bahuku dan langsung saja kupeluk badan ibu serta kuucapkan, 


Bercinta Dengan Ibu Mertua Yang Seksi 6 Kali



 “Maaf…, Buu…, kalau saya menyakiti Ibu, saya akan mencoba untuk pelan-pelan”, segera saja ibu berucap, “Suuur nggak apa-apa Nak, tapi Ibu lebih suka dengan posisi seperti ini saja, ayoo…, Suuur mainkan lagi punyamu agar ibu cepat puaas”.  “Iyaa…, Buuu…, saya akan coba lagi”, sahutku sambil kembali kunaik-turunkan pantatku sehingga penisku keluar masuk vagina ibu dan kali ini aku lakukan dengan hati-hati agar tidak menyakiti badan ibu, dan ibu mertuakupun sekarang sudah mulai menggoyangkan pantatnya serta sesekali mempermainkan otot-otot di vaginanya, sehingga kadang-kadang terasa penisku terasa tertahan sewaktu memasuki liang vaginanya.  Ketika salah satu payudara ibu kuhisap-hisap puting susunya yang sudah mengeras itu, ibu mertuaku semakin mempercepat goyangan pinggulnya dan terdengar desahannya yang agak keras diantara nafasnya yang sudah mulai memburu, “ooohh…, aahh…, Suuur…, teruuus…, oooh”, seraya meremas-remas rambutku lebih keras. Akupun ikut mempercepat keluar masuknya penisku di dalam vaginanya.  Goyangan pinggul ibu mertuakupun semakin cepat dan sepertinya sudah tidak bisa mengontrol dirinya lagi. Disertai nafasnya yang semakin terengah-engah dan kedua tangannya dirangkulkan ke punggungku kuat-kuat, ibu mengatakan dengan terbata-bata, “Nak Suuur…, aduuuh…, Ibuuu…, sudaah…, oooh…, mauuu kelluaar”.  Aku sulit bernafas karena punggungku dipeluk dan dicengkeramnya dengan kuat dan kemudian ibu mertuaku menjadi terdiam, hanya nafasnya saja yang kudengar terengah-engah dengan keras dan genjotan penisku keluar masuk vaginanya. Untuk sementara aku hentikan untuk memberikan kesempatan pada ibu menikmati orgasmenya sambil kuciumi wajahnya, “Bagaimana…, Buuu?, mudah-mudahan ibu cukup puas.  Ibu mertuaku tetap masih menutup matanya dan tidak segera menjawab pertanyaanku, yang pasti nafas ibu masih memburu tetapi sudah mulai berkurang dibanding sebelumnya. Karena ibu masih diam, aku menjadi sangat kasihan dan kusambung pertanyaanku tadi di dekat telinganya,  “Buu…, saya tahu ibu pasti capek sekali, lebih baik ibu istirahat dulu saja.., yaa?”, seraya aku mulai mengangkat pantatku agar penisku bisa keluar dari vagina ibu yang sudah sangat basah itu. Tetapi baru saja pantatku ingin kuangkat, ternyata ibu mertuaku cepat-cepat mencengkeram pinggulku dengan kedua tangannya dan sambil membuka matanya, memandang ke wajahku,  “Jangaan…, Suuur…, jangan dilepas punyamu itu, ibu diam saja karena ingin melepaskan lelah sambil menikmati punyamu yang besar itu mengganjal di tempat ibuuu, jangaan dicabut dulu…, yaa…, sayaang”, terus kembali menutup matanya.  

Baca juga : Cerita Seks Hukuman untuk istri tersayang karena kedapatan serong

Mendengar permintaan ibu itu, aku tidak jadi mencabut penisku dari dalam vagina ibu dan kembali kujatuhkan badanku pelan-pelan di atas badan ibu yang nafasnya sekarang sudah kelihatan mulai agak teratur, sambil kukatakan,Bandar Situs Judi Slot88Terbesar “Tidaak…, Buuu…, saya tidak akan mencabutnya, saya juga masih kepingin terus seperti ini”, sambil kurangkul leher ibu dengan tangan kananku.  Ibu hanya diam saja dengan pernyataanku itu, tetapi tiba-tiba penisku yang sejak tadi kudiamkan di dalam vaginanya terasa seperti dijepit dan tersedot vagina ibu mertuaku, dan tanpa sadar aku mengaduh, “Aduuuh…, oooh…, Buuu”.  “Kenapa…, sayaang…, enaak yaa?”, sahut ibu sambil mencium bibirku dengan lembut dan sambil kucium hidungnya kukatakan, “Buuu…, enaak sekaliii”, dan seperti tadi, sewaktu ibu mertuaku mula-mula menjepit dan menyedot penisku dengan vaginanya, secara tidak sengaja aku mulai menggerakkan lagi penisku keluar masuk vaginanya dan ibu mertuakupun kembali mendesah, “oooh…, aah…, Suuur…, teruuus…, naak…, aduuuh…, enaak sekali”.  Semakin lama gerakan pinggul ibu semakin cepat dan kembali kudengar nafasnya semakin lama semakin memburu. Gerakan pinggul ibu kuimbangi dengan mempercepat kocokan penisku keluar masuk vaginanya. Makin lama aku sepertinya sudah tidak kuat untuk menahan agar air maniku tetap tidak keluar,  “Buuu…, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, mau keluaar”, sambil kupercepat penisku keluar masuk vaginanya dan mungkin karena mendengar aku sudah mendekati klimaks, ibu mertuakupun semakin mempercepat gerakan pinggulnya serta mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata, “Suuur…, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, sudah dekat, ooohh…, ayooo Suuur…, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.  “Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sambil kutekan pantatku kuat-kuat dan kami akhiri teriakan itu dengan berpelukan sangat kuat serta tetap kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya terasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat dan kami terus terdiam dengan nafas terengah-engah.  Setelah nafas kami berdua agak teratur, lalu kucabut penisku dari dalam vagina ibu dan kujatuhkan badanku serta kutarik kepala ibu mertuaku dan kuletakkan di dadaku.Setelah nafasku mulai teratur kembali dan kuperhatikan nafas ibupun begitu, aku jadi ingat akan tugas yang diberikan oleh istriku.  “Buuu…,Daftar Slot88 Online Deposit Pulsa apa ini yang menyebabkan ibu selalu marah-marah pada Bapak..?”, tanyaku. “Mungkin saja Suuur…, kenapa Suuur?”, Sahutnya sambil tersenyum dan mencium pipiku. “Buuu…, kalau benar, tolong ibu kurangi marah-marahnya kepada Bapak, kasihan dia”, ibu hanya diam dan seperti berfikir.  


Setelah diam sebentar lalu kukatakan, “Buuu…, sudah siang lho, seraya kubangunkan tubuh ibu serta kubimbing ke kamar mandi. Setelah peristiwa ini terjadi, ibu seringkali mengunjungi rumah kami dengan alasan kangen cucu dan anaknya Mur, tetapi kenyataannya ibu mertuaku selalu mengontakku melalui telepon di kantor dan meminta jatahnya di suatu motel, sebelum menuju ke rumahku.  Untungnya sampai sekarang Istriku tidak curiga, hanya saja dia merasa aneh, karena setiap bulannya ibunya selalu mengunjung rumah kami. Demikianlah cerita bokep Bercinta Dengan Mertua Sendiri oleh cerita dewasa


No comments

Powered by Blogger.